Perkamen itu kemudian ditulis
Dalam sebuah tinta harap tentang rentang panjang perjalanan diri
Terbuai seketika menapaki masa lampau ketika dera uji datang
Kelam membalut, hingga terkadang tangis itu merangkak halus menuju tebing pipi
“Ahh begitulah masa laluku,” lalu gumam itu terhempas dari bibirmu
Tiga purnama kau lewati
Hingga kumpulan perkamen yang merekam jejakmu selesai
Kau mengumbar sabit dalam kulum senyum dan puas dalam hati
“Akhirnya selesai,” kau kembali mencipta gumam untuk memuaskan dahaga juangmu
Pelan-pelan kau rajut perkamenmu hingga menjadi sebuah kitab utuh
Mulailah kau kirim sejuntai harap bersama kitab pada sebuah koloni
Kembali kau menjadi penunggu diantara selang jawaban
Hingga setengah perputaran bumi pada mentari terlewati sayup-sayup jawaban kau dengar
Seekor merpati kemudian mengabarkan pada jingga hari bahwa kitabmu hanya sebuah ceruk kecil
Sang penulis menunduk, takzim dia dalam perenungan panjang
Sejenak ia marah pada illahi karena kehendak-Nya yang tak sesuai, namun disadarinya semua hanyalah rentang kecil hidupnya
Kitab itu dipegangnya dan ia-pun mengasingkan diri dalam ramai
Satu waktu kabar tentang isi kitab itu terdengar koloni lain
Ada rasa penasaran yang menjungkit pemikiran mereka
Disuruhnya merpati itu mengambil kitabnya
Mendapati baiknya kabar, ia tersenyum dan menghadap koloni baru
Disanalah pembelajaran baru tentang kitab kemudian dimulai
Dan ia semakin paham sekarang
Bukan sekedar kitab yang menulis perjalannya
Melainkan kesabaran yang menjadikannya tertulis dalam kitab
Sadari semua....
Keningnya menyentuh lantai sembari menghempas syukur yang tak terhingga....
Jakarta 14 Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar