Waaaw sekali lagi saya harus mengucapkan Alhamdulillah dan terima kasih pada mbak Melisa Olivia karena selain sudah membaca buku saya, ia juga sudah meluangkan waktunya untuk menuliskan kesan-kesannya dalam sebuah blog Kompasiana. Sesungguhnya ini kali pertama buku saya di review oleh Kompasianer dan saya sekali lagi merasa bersyukur karena tulisan saya sekali lagi membawa manfaat bagi yang membacanya. Entah saya tidak pernah tahu kejutan apalagi yang akan saya temukan ke depannya, satu hal yang pasti, dukungan dan support dari pembaca yang tidak pernah putuslah yang membuat saya bisa bertahan menjadi penulis. Terima kasih semuanya untuk dukunganya....
Judul buku: 88 Kiat Menjadi Penulis Hebat
Penulis: Syamsa Hawa & Irawan Senda
Penerbit: PT Tangga Pustaka
Isi: 248 halaman
Tahun terbit: 2011
Buku ini tepat sekali bagi kita yang ingin mencoba mulai memasuki dunia tulis-menulis, tapi masih merasa ragu atau tidak percaya dengan kemampuan sendiri.
Buku ini dibuka dengan berbagai dorongan semangat mengapa kita perlu menulis dan manfaat apa saja yang akan kita dapat dengan menulis. Sungguh baik untuk menaikkan semangat pembacanya. Mulai dari bisa jalan-jalan dengan menulis, menulsi sebagai alat terapi, bisa memiliki kebebasan waktu, mengangkat derajat intelektualitas, sampai memperluas jenjang karier. Ini hanya sekelumit manfaat yang bisa kita peroleh dari menulis. Di dalam bukunya, dijabarkan dengan lebih lengkap oleh sang penulis.
Bab selanjutnya membahas kendala-kendala apa saja yang umumnya dihadapi penulis. Mulai dari masalah umum yang mungkin juga sering dihadapi oleh kawan-kawan yang mau mulai menulis–rendah diri, sulit mencari waktu, sulit mencari ide, dll, sampai ke masalah khusus semisal memiliki cacat fisik. Tapi, semua kendala tersebut tidak ada yang tidak bisa diatasi. Penulis memberi semangat, selama kita ada niat untuk menulis, semua kendala tersebut tidak ada artinya. Ada niat, ada jalan. Penulis bahkan memberikan contoh konkret solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut.
Penulis juga memberikan teknik-teknik mendasar yang diperlukan untuk memulai sebuah tulisan. Seringkali kita mendapat ide, tapi bingung bagaimana menuangkannya dengan baik karena tidak pernah membuat kerangka penulisan terlebih dahulu, pada akhirnya ide tersebut menjadi mandek dan bisa menguap begitu saja seiring berjalannya waktu. Penulis memulai dengan memberikan tips-tips menarik bagaimana agar kita bisa mendapatkan ide bagi kita yang sulit menemukannya. Semua tips yang dikemukakan mereka sangat menarik dan layaka untuk dicoba. Kesimpulan dari bagian ini adalah, segala hal di sekitar kita bisa dijadikan sumber ide. Tinggal diri kita yang harus belajar untuk lebih peka dalam mengamati dan menganalisa.
Setelah tahap mencari ide, dimulailah langkah membuat konsep dan kerangka penulisan secara umum. Juga bagaimana kita mengatur waktu, menentukan judul, dan merangkum sumber-sumber referensi kita. Baru setelah ini, penulis membagi tiga susunan tahap yang harus dilakukan bagi kita yang ingin menulis fiksi, non fiksi, atau faksi. Kemudian, dilanjutkan dengan tahap pengeditan tanda baca, huruf kapital, kata depan dan kata awalan (yang seringkali menjadi rancu), kata ulang, cara memilih diksi yang baik dan tepat, dan bagaimana cara mengedit novel kita sendiri.
Anggaplah tulisan kita sudah rampung dan siap diajukan ke penerbit. Di sini, penulis menjelaskan secara gamblang segala hal yang berkaitan dengan penerbit. Memilih penerbit yang sesuai dengan segmen tulisan kita, apa saja yang terjadi dengan naskah kita selama berada di dapur penerbit, apa yang bisa kita lakukan jika naskah kita ternyata ditolak, bagaimana menghadapi kontrak dengan penerbit, langkah-langkah yang harus dilalui sebelum naskah kita rilis dalam bentuk buku, dan suka duka yang bisa dihadapi saat berurusan dengan penerbit.
Setelah buku kita terbit, bukan berarti pekerjaan kita tuntas. Supaya buku kita laris dibeli orang, kita juga butuh yang namanya pemasaran. Kita dan penerbit harus bekerja sama bagaimana metode pemasaran yang baik untuk sirkulasi buku kita di masyarakat. Penulis berbagi pengalaman mereka di sini saat mereka belajar memasarkan buku mereka yang sudah terbit. Ada 9 metode yang bisa digunakan untuk mempromosikan buku kita di pasaran, dengan memanfaatkan sumber daya teknologi yang sedang menjamur saat ini, seperti media sosial, internet, dan lainnya.
Dengan terbitnya buku kita, otomatis kita juga ingin menikmati hasil jerih payah kita, bukan? Dalam bukunya, penulis juga membagikan metode pembayaran yang umumnya ditawarkan oleh penerbit. Ada yang sistem beli putus, dan ada sistem pembagian royalti dengan beragam perhitungannya. Semua tergantung dengan negosiasi dan kesepakatan kita dengan penerbit.
Penulis juga tak lupa memberikan saran agar kita memiliki nama pena. Memang tidak diharuskan, tapi ada gunanya juga sebagai positioning diri kita sebagai penulis. Apalagi, jika nama kita termasuk nama yang laris, alias banyak kembaran nama atau nama kita tergolong sulit diingat orang. Sebuah nama yang unik diperlukan agar masyarakat mudah mengenal kita. Namun, seklai lagi semuanya tergantung pada kita, mau atau tidak. Toh tidak semua penulis muncul dengan nama pena. Ada pula serentetan nama penulis yang menggunakan nama aslinya. Bagi kawan-kawan yang ingin menggali nama pena, penulis sudah menyiapkan contoh dan cara untuk mendapatkan nama pena.
Sebagai penutup, penulis juga memberikan beberapa gambaran peluang untuk menulis buku. Ini bisa dijadikan acuan bagi kita yang mungkin masih blank hendak menulis buku jenis apa yang sesuai dengan kepribadian kita. Penulis juga memberikan tips untuk mengumpulkan bahan-bahan tulisan pada masing-masing peluang.
Kawan-kawan ingin menulis apa? Silahkan tentukan dan mari mulai menulis! :)
Personal opinion:
Buku ini adalah salah satu bacaan yang berhasil membangkitkan semangat saya untuk bangkit menulis lagi dengan lebih baik. Saya merekomendasikan buku ini untuk teman-teman yang butuh informasi lengkap tentang menjadi penulis hebat.
Saya pun sempat mandek menulis karena beberapa kendala yang sama persis dengan yang dijelaskan oleh penulis buku tersebut. Saya merasa tersindir dan tertantang mencoba menulis lagi. Latihan-latihan kecil agar bisa menghasilkan sesuatu yang besar. Walau belum benar-benar baik, tapi selama kita sering menulis dan meminta pendapat orang lain, niscaya tulisan kita pasti berkembang. Apalagi sekarang banyak sekali media yang menyediakan lahan menulis, seperti Kompasiana ini, dan juga perangkat teknologi yang memungkinkan kita mengakses informasi dan blog, atau memampukan kita menulis di dalam perangkat tersebut. Tanpa teknologi pun, hanya dengan secarik kertas dan pena dapat membuat kita bisa menulis. Kini, di manapun dan kapanpun, kita bisa menulis!
Salam Kompasiana!