Ada banyak hal yang membuat sebuah karya itu berhasil. Salah satu sahabat saya yang sudah memegang jabatan Presiden Direktur bercerita dalam hidup ini yang paling penting adalah totalitas dari sesuatu yang kita buat. Bila memang ingin menjadi seorang pebisnis, maka totallah di dunia bisnis, begitupun dengan buku. Cobalah total memaksimalkan kemampuan dan potensi yang ada pada diri untuk sebuah karya yang bagus dan apik dibaca untuk orang lain.
Bagi saya sendiri totalitas dalam sebuah karya memang adalah keharusan. Tidak bisa dipungkiri bagaimana sebuah karya akan hidup tanpa sebuah totalitas dari penulisnya. Saya sangat menyadari hal ini hingga akhirnya banyak totalitas yang saya dedikasikan penuh untuk Patriot Cahaya. Saya membaginya dalam beberapa fase....
Totalitas pengerjaan karya....
Saya masih ingat ketika seorang teman menulis, ibu Sanie B. Kuncoro, menceritakan bagaimana ia melakukan ritual puasa untuk merasakan sulitnya jadi Ma Yan, ketika ia harus puasa hanya untuk membeli sebuah pena.
Saya sendiri cukup total dan maksimal dalam mengerjakan novel ini, mulai dari observasi, pendalaman karakter. Sampai mengulang beberapa lagu khusus untuk mendapatkan feel dari Patriot Cahaya.
Untuk pembuatan puisi, hampir setiap waktu saya membuka kamus bahasa Indonesia mencari padu padan kata. Beberapa buku puisi karya pujangga baru yang diterbitkan Dian Rakyat kemudian saya santap, hingga saya menemukan rasa yang enak sesuai dengan gaya penulisan saya sendiri.
Totalitas saya pada tahap ini adalah saat saya sendiri harus fokus selama enam bulan untuk menyelesaikan Patriot Cahaya, tanpa mengerjakan pekerjaan tulisan lainnya. Sungguh setelah saya menulis novel saya baru sadar pekerjaan menulis novel ini membutuhkan konsentrasi jauh dibandingkan dengan menulis buku. Jadilah saya meninggalkan semua pekerjaan menulis saya hanya untuk Patriot Cahaya.
Totalitas masuk ke penerbit....
Saya sangat sadar saya saat ini belum menjadi penulis besar, ketika saya mulai bertransformasi dari Irawan Senda menjadi Senda Irawan (baca: dari penulis buku menjadi penulis novel). Saya harus memulainya dari nol. Saya kemudian mengirimkan naskah yang tidak sekedar naskah.
Dalam naskah saya kemudian mencantumkan sinopsis, beberapa endorsement termasuk juga. Bisa dibilang ini proses yang cukup lama karena saya harus mengumpulkan beberapa endorsement untuk masuk ke penerbit. Harapan saya bukan bermaksud mempermudah jalan saya untuk masuk ke penerbit. Saya hanya ingin meyakinkan diri saya pribadi, apakah memang novel tersebut memang layak untuk diterbitkan.
Dan ternyata sambutan dari teman dan sahabat cukup baik, inilah dasar yang akhirnya membuat saya memasukannya ke penerbit. Dari penerbit saya cukup lama menunggu waktu jawaban hingga akhirnya tiga bulan berlalu jawaban dari Elexmedia membuat saya semakin semangat.
Totalitas endorsement....
Teman saya terperangah saat tahu ada 21 endorsement yang sudah mendukung Patriot Cahaya, dari berbagi kalangan dari mulai penulis, konsultan, trainer, sastrawan, motivator, pebisnis sampai novelis dari Denmark. Membacanya seperti parade endorsement yang menyelimuti endorsement.
Buat saya secara pribadi, saya sendiri berusaha berjuang untuk mendapatkan endorsement mereka. Tidak mudah, bahkan untuk beberapa penulis saya di tolak mentah-mentah. Jadi bisa dikatakan untuk mendapatkan 21 endorsement dari mereka tidak semudah yang dipikirkan.
Kenapa bisa sampai 21 orang yang memberi endorsement? Ini semua karena memang saya ingin novel saya bisa dibaca oleh siapapun. Karena itulah saya meminta endorsement dari berbagai macam kalangan.
Terakhir saya sangat exciting, waktu tahu mas Hilbram Dunar mau memberikan endorsement untuk Patriot Cahaya. Buat saya ini adalah salah satu support yang tidak bisa dinilai dengan uang karena mereka dengan senang hati menjadi first reader-nya Patriot Cahaya.
Totalitas dalam penggarapan....
Saya mencoba untuk terjun langsung dalam beberapa hal termasuk penggarapan dari segi desain dan cover. Dengan bantuan sahabat saya, Menur, kami kemudian sepakat untuk barter. Menur membantu saya sepenuhnya membuat konsep layout dan desain cover sedangkan saya membantu membuatkan pictorial book-nya. Dalam beberapa konsep, saya turun tangan sendiri, karena saya ingin novel ini tidak hanya baik secara tulisan dan makna, tetapi desain dan layout-nya harus menarik.
Di industri perbukuan yang katanya sedang lesu seperti ini, kita harus menjadi seorang kreatif untuk menjadi sosok pembeda dengan yang lainnya. Ini prinsip yang kemudian membuat saya berpikir keras menampilkan sesuatu yang berbeda dari segi desain. Karena itulah mau tidak mau saya total menggarap Patriot Cahaya sampai hal yang kecil sekalipun.
Totalitas memperkenalkan Patriot Cahaya
Saya sadar betul positioning saya tidak seperti penulis lain yang sudah terkenal dengan novel-novel sebelumnya. Saya juga sadar saya bukan seseorang dengan peraih gelar apa-apa dalam dunia novel. Saya ini masih baru, kalau bahasa Kaskus bilang saya ini adalah newbie yang belum terlalu mengerti dunia ini (baca: novel).
Namun saya tidak pernah berputus asa dengan semua itu, saya masih ingat kata-kata sahabat saya yang bermukim di Jogja. “Mas ada dua tipe penulis hebat, satu adalah penulis yang namanya besar karena memang dia membuat karya besar untuk dilihat orang. Yang kedua adalah penulis yang besar karena tindakannya yang besar,” begitu katanya menyemangati saya.
Dari situ saya kemudian meyakin saya adalah tipe yang kedua, penulis yang bisa menjadi besar karena saya punya tindakan dan semangat yang besar untuk mewujudkan semua mimpi saya menjadi penulis yang bisa go internasional.
Saya kemudian mengikuti cara-cara penulis sebelumnya dalam memperkenalkan karya saya. Pertama saya belajar membuat video dengan Youtube. Dengan bantuan dua sahabat saya, video preview pertama kemudian selesai. Dan bisa ditonton via Youtube.
Selanjutnya saya belajar cara membuat kata-kata bergerak agar tidak monoton hingga akhirnya saya bisa membuat video preview yang kedua. Saya masih belajar lagi untuk membuat video yang ke tiga, dan ini semua adalah usaha saya untuk membuat Patriot Cahaya bisa dikenal, bahkan jauh sebelum waktunya.
Totalitas melobi....
Saya tidak berhenti sampai di situ. Sebisa mungkin saya melobi beberapa teman untuk membantu saya memperkenalkan Patriot Cahaya, hingga Patriot Cahaya bisa ada di terima oleh banyak pembaca. Saat ini saya masih melobi beberapa sahabat untuk tur novel saya. Saya tahu ini bukan pekerjaan yang mudah tapi saya masih tetap mengupayakan hasil maksimal untuk Patriot Cahaya.
Totalitas Launching....
Dalam waktu dekat saya akan melobi museum untuk mengadakan launching Patriot Cahaya. Ini adalah upaya maksimal saya untuk mewujudkan mimpi saya launching di salah satu tempat yang paling saya sukai, museum.
Saat tulisan ini dibuat, saya sedang mulai membuat konsep yang tepat untuk dituangkan dalam launching tersebut. Tentunya dengan biaya yang minim karena budget anggaran saya sendiri sangat terbatas.
Totalitas dalam doa....
Ini bagian yang saya selalu lakukan untuk mewujudkan Patriot Cahaya. Sejak setahun yang lalu saya tidak pernah putus mendoakan terealisasinya Patriot Cahaya. Bahkan ketika saya melakukan ibadah umroh, saya berdoa agar Patriot Cahaya menjadi novel yang bisa diterima dengan baik di Indonesia.
Saya sadar dalam doa, setiap apa yang kita minta tidak serta merta diberikan saat itu. Saya yakin ada semacam ujian kelayakan apakah kita memang pantas untuk mendapatkan apa yang kita inginkan atau memang doa tersebut disimpan untuk waktu yang tepat.
Di sinilah proses totalitas penantian, kesabaran dan pembelajaran mental dimulai. Hal positif yang bisa saya ambil dari proses ini adalah untuk menjadi besar, seseorang akan diuji oleh banyak hal salah satunya ya dengan menunggu.
Well, itulah saya dan totalitas yang sudah saya lakukan, semua sudah saya kerjakan semaksimal mungkin dan saya tidak pernah tahu akan jadi seperti apa nantinya Patriot Cahaya. Yang terpenting saya sudah total dalam segala hal dan berusaha maksimal mengerjakan semua. Tinggal menunggu hasilnya seperti apa dari Allah.... J
Senda Irawan
Penjejak Cahaya