Beberapa waktu lalu saya berdiskusi dengan salah seorang sahabat. Sorot
matanya nampak kecewa, saat menceritakan pengalamannya bertemu salah seorang
motivator dengan title certified dari luar negeri. Saat itu ia menceritakan
bagaimana ia dipandang sebelah setelah orang-orang menyebutnya hanya seorang
asisten. Bahkan di akhir pertemuan, ia disuruh orang tersebut membawa tasnya.
Mendengar cerita ini saya hanya tersenyum saja dan berkata padanya, selamat
datang di dunia nyata.
Pengalaman saya dengan motivator juga tak kalah serunya dibandingkan sahabat
saya, dari mulai melihat kenyataan dan tindakan berbanding terbalik, memandang
orang lain rendah, sampai pernah dimaki dengan bahasa yang tak pantas untuk
seorang motivator. Perlahan saya kemudian menyadari banyak pelakunya yang
terjebak hidup dalam topeng yang dibuatnya sendiri.
Dengan embel-embel pikiran positif, kita digiring untuk melihat sosoknya
sempurna. Padahal semua itu hanya kepalsuan semata. Sebagai salah satu tim yang
dulu pernah menangani motivator saya sendiri pernah diajari untuk menaikkan
pamornya dengan membuat isu positive terhadap sang motivator. Saya pun kemudian
berusaha membuat namanya terangkat, hingga kejadian demi kejadian membuka mata
saya tentang “stress management.”
Tidak semua motivator punya stress management yang baik. Mau tahu kenapa
bisa begitu? Karena mereka sendiri sebenarnya memiliki kelemahan dalam stress
management. Buktinya mereka sangat haus dengan ilmu perbaikan diri, tanpa
pernah sadar memperbaiki semua dimulai dari mengenal diri sendiri.
Teman saya yang membenci motivator....
Saya masih ingat dengan kata-kata teman saya yang berbicara tentang tren “nabi
baru.” Pasca buku The Secret karya Rhonda keluar, para motivator tiba-tiba saja
menjelma menjadi “nabi baru” dengan kata mukjizat Law of Attraction (LoA).
Pelan-pelan namun pasti ajaran Rhonda kemudian disejajarkan tingkatannya dengan
doa yang telah lama diajarkan para Nabi. Saya terperanjat dan baru menyadari
perangkap nabi dalam tubuh para motivator.
Hingga setiap saya bertemu motivator, hampir semuanya membicarakan LoA.
Saya pun dulu jujur mengakui sempat melihat konsep ini dan mempelajari meski
dalam wujud spiritual. Dan beberapa tahun belakangan ini barulah saya paham
semakin saya tahu ilmu tersebut, maka sesungguhnya semakin bertentangan dengan
ajaran agama yang saya anut.
Anehnya biar terlihat halus, beberapa dari mereka kemudian mencampuradukkan
dengan ajaran agama hingga terkesan tak menyalahi semua aturan agama yang
tertuang dalam Al Qur’an. Entah saya harus bilang apa, namun sekali lagi saya
harus setuju dengan kata-kata teman saya tentang fenomena nabi baru.
Saya juga menulis 2 buku motivasi
Saya tidak munafik, dalam perjalanan karier menulis, saya memulainya dengan
membuat 2 buku motivasi. Yang pertama Living Like a Puzzle dan yang kedua
adalah Keajaiban Berprilaku Positif. Kedua buku ini sebenarnya saya tulis “bukan”
untuk pencitraan sebagai seorang motivator.
Buku pertama awalnya saya tulis sebagai bentuk motivasi terhadap diri saya
sendiri, kalaupun jadi sebuah buku yang bermanfaat itu bagi saya hanya bonus
semata saja. Pun dengan buku kedua yang ditulis karena permintaan editor yang
ingin membuat sebuah buku motivasi dengan kisah-kisah inspiratif di dalamnya.
Saya akui banyak orang yang kemudian merasa terinspirasi dengan buku
tersebut. Bagi saya pribadi ini adalah bonus dan bukan tujuan saya menjadikan
buku ini sebagai momentum pencitraan. Cukuplah pencitraan milik tokoh lain yang
senang dengan ketenaran....
Motivator juga manusia Bung!
Ini adalah poin penting dari semua tulisan ini. Ya, motivator sebenarnya
bukan nabi, dewa atau tuhan. Mereka juga sama dengan kita yang bisa tertawa dan
sedih dalam momen tertentu. Tak ada yang membedakan mereka dengan diri kita,
yang ada hanyalah mereka berada di depan melihat kita yang berdesakkan
melihatnya. Yah, kurang lebih seperti orang biasa yang melihat artis di depan
panggung.
Jadi berhentilah melihat mereka lebih istimewa dari diri kita. Pada
dasarnya kita adalah istimewa, hanya saja kita terlalu sibuk melihat
keistimewaan orang lain dan lupa untuk melihat diri kita lebih dalam.
Dan sekali lagi saya tegaskan, Motivator itu juga manusia Bung!
Senda