Malam hening diantara redup bintang yang hanya
menghembuskan halus desir angin. Hari ini entah mengapa semua serasa terhenti.
Pergerakkan dengan gegap gempita yang terus menerus diusahakan untuk sesaat
seakan membawa diri kepada sebuah titik nadir. Semuanya kosong dalam rangkai
tanya tak berhenti?
Apakah tanya kemudian membawaku pada sebuah titik dimana
rasa syukur kemudian berkurang? Larutku terhimpit oleh sebuah justifikasi
kurangnya rasa syukur. Diantara semua gulana ini, terbersit kemudian tentang
sebuah pesan dari guruku.
“Beliau berkata, kita semua hanya diperintahkan
mengerjakan yang terbaik bukan mencapai hasil yang besar....”
Diam kemudian aku dibuatnya, sekali lagi aku limbung
dalam sebuah fenomena diri sembari membisik dalam hati, “apa yang akan terjadi
nanti....”
Terkekang sudah dalam pemikiranku tentang bait masa depan
yang tertanam dalam imaji. Indah sekali tanpa cela. Melebar angan menjauh dalam
sebuah nyata tersaji, sembari takzim memanjatkan lafadz hamdallah, mendapatkan
semuanya.
Namun sekali lagi tersadar pekik ruang mencekik raga, tak
satupun tergerak untuk menggapai, kembali aku tersandar diantara tanya-tanya
yang kemudian memekik hebat dalam pikiran. Tak tahu harus bersenandung seperti
apa bibir ini ya Rabb, karena kendali diri ini sepertinya mencapai nadir. Dan
kukembalikan semua ini pada-Mu, bila memang engkau tidak mengizinkan semuanya
seperti rangkai bayang untuk masa depanku kelak....
-Senda-
Penjejak Cahaya